Showing posts with label Puisi Percintaan. Show all posts
Showing posts with label Puisi Percintaan. Show all posts

17 September 2009

Kerinduan Hati - 4

(masih saling mencintai)

Pejantan tangguh…
Aku…? Apa iya…?
Tidak sama sekali…!
Aku…, adalah pejantan tanggung.

Ah…, aku bersyukur bisa bertemu
Tapi sayang, hanya sebentar
Itu karena aku pejantan tanggung

Terima kasih buat sahabatku
Engkau telah bawa aku ke tempatnya
Tapi, alangkah bodohnya aku…
Aku rindu, tapi tak kupuaskan
ketikaku jumpa denganmu

Maaf, perjumpaan kita tak mengenakkan
Aku langsung mudah sakit hati
Langsung pamit,
Akhirnya menyesal…

Seharusnya aku tanya kamu,
Masihkah kamu cinta aku?
Mana kamu pilih, aku atau pilihan orang tuamu?
Sayang, tak jadi kusampaikan…

Aku masih bingung,
Apakah kamu mengujiku?
Untunglah kau jawab dengan jujur,
Dan engkau masih mencintaiku…
Aku sukacita, kita masih saling mencintai

Kau akan tetap berusaha untukku
Sekalipun kau dipersiapkan ke orang lain
Itu katamu sekarang, aku tidak tahu besok…
Mudah-mudahan Yang Di Atas Merestui
Dan tetap menyatukan cinta kita…!
__________________________________________________________
Terinspirasi dari Dolok Sanggul (Kec. Humbang Hasundutan), 04 Mei 2006
Dan dari via telepon di Tarutung, 06 Mei 2006
Disusun/ditulis kembali di Tarutung, Mei 06 2006
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, July 17th 2007

Kerinduan Hati - 3

(mencoba berlapang dada)

Aku tahu kau jauh
Aku salah memang,
Aku tak ke sana,
Sebab kutahu kau rindu…

Sekarang, kuingin mencurahkan rinduku
Dan menguatkan komunikasi antara kita
Tapi, sangat disayangkan,
Aku tak bisa berkomunikasi
Lewat udara, tenaga dana kurang…
Lewat darat, tak tahu mau ke mana disampaikan
Karena, kau tak di situ lagi

Lewat apalagi aku curahkan rinduku
Tak ada lagi, kecuali menemui di tempat asal
Ah…, sama saja tak bisa…
Tenaga dana masih kurang.
Apakah aku pengecut, pecundang?
Aku tidak tahu, tapi mungkin juga…

Informasimu memang mengudara
Selama kita masih Satu dan mendarat di telinga
Prosespun berjalan dalam jiwa
Dan…akhirnya, sakit hati.

Ah…, tak apalah kalau memang itu terjadi
Katamu, kau akan dijadikan ke orang lain
Dan paksaan orang yang melahirkanmu,
paksaan orang yang membesarkanmu, merawatmu

Kalau kamu tak suka dia,
Bersolusilah dengan benar dan baik
Jangan menyiksa diri dan keluarga
Posisimu memang bak si buah malakama
Melawan mereka, salah…
Tinggalkan aku, juga salah…

Aku… ‘kan s’rahkan ke Tuhan
Jiwa, roh, dan raga siap menghadapi keputusanmu
Meski aku cinta kamu…
Aku berlapang dada…!
_____________________________
Tarutung, Mei 02nd /05th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, July 17th 2007

Hati Yang Terselubung - bag. 3

(bagian tiga)

Waktu menentukan siang,
Temanku menemuiku di tempatku
dan tak kuduga aku malah berencana menemuimu
bersama dia dan aku, ke tempatmu…
Masihkah berlanjut? Aku tidak tahu…

Sambutanmu begitu manis
Membuat temanku menjadi tersanjung
Aku jadi iri dan cemburu…
Apa kamu tahu itu?

Engkau memang baik hati,
sampai-sampai kamu buat aku…
juga dia, terpesona akan kepribadianmu

Kamu, juga aku dan dia
sama-sama petugas-Nya, sekalipun masih calon
Itulah yang membuatku takut berkata hati,
Tidak hanya itu, kepribadianmu buatku jadi tak berkutik
Menjadikan aku harus menyembunyikannya..

Ketika aku dan dia berencana kembali
Ada sesuatu yang tertukar…
Ya…, alas kaki yang tertukar dengan yang lain.
Ah…! Kenapa jadi begini?
Dengan perasaan kesal, terpaksa aku pakai dan pulang

Aku tidak tahu apa kamu tahu itu,
Aku hanya bisa berkata-kata dengan tulisan yang kucurahkan
Bila kamu tahu, aku bersyukur…
Bila kamu tak tahu, tak apa-apa..

Tapi, haruskah aku jadi pecundang?
Atau haruskah aku jadi pengecut?
Ah… masih belum bisa kujawab…!
______________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 28 April 2006
Dirangkai/ditulis kembali di Tarutung, 01 Mei 2006

Selamat Jalan Kekasihku…!

Kenangan indah telah kita lalui bersama
Sampai tak terlupakan, sampai sekarang
Sayang sekali engkau harus pergi…
Tinggal nama dan aku…

Awalnya aku tak rela engkau pergi
Tapi, takdir tak bisa kita lawan…
Engkau harus pergi…

Engkau tinggalkan aku bukan karena tak sayang
Engkau menjauh dariku bukan karena benci
Tapi waktumu telah ditentukan harus pergi
Dariku…, juga dari semua yang engkau cintai

Kepergianmu terpaksa harus kurelakan…
Ah…! Diriku terasa terpukul oleh kepergianmu
Tanpa ada kata perpisahan…
Cintamu putus di tengah jalan…
Tak bisa kusesali, sebab bukan salahmu

Waktu tak bisa kembali,
Sebab tak dapat semua menduga…
Kamu tiba-tiba pergi ke tempat lain

Kenang tetap kuingat,
Tapi tak mungkin lagi kumencintaimu
Aku hanya bisa berkata,
semoga kau diterima oleh-Nya…!

Jangan khawatir sayangku,
Suatu saat nanti pasti kita bertemu di sana…
Dan sebagai kata perpisahanku:
Selamat Jalan Kekasihku…!
______________________________
Tarutung, Mei 01st 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, Meil 17th 2007


NB.: Puisi ini cocok untuk kepada anda yang telah ditinggalkan oleh kekasih, atau cocok bagi orang yang kekasihnya meninggal dunia.

Kerinduan Hati - 2

(menangis, menangis dan menangis)

Menangis…
Pikiran, hati menangis
Sejak engkau berkata kau disatukan dengan

Namun, hari-hari ini kau, bukan aku
telah tak pernah aku mendengar kamu lagi
Informasimu tak terdengar, tak terlihat lagi
Apa aku salah…?

Engkau tentu tahu aku rindu
Tapi aku tidak tahu: Rindukah kamu?
Aku bingung, kau posisikan di mana hatiku?
Ah… sayang, lupakah kamu denganku?

Engkau tahu aku cinta, tapi: Masihkah kau cinta?
Jika ya, katakanlah! Agar jiwaku tenang di sini.
Jika tidak, juga katakanlah! Agar jiwaku tak menanti-
nanti.
‘Kan kucoba melupakanmu, sekalipun aku cinta…!

Sayang sekali, aku belum bisa melupakanmu…
Aku masih merindukanmu, aku cinta kamu…
Biarlah Tuhan yang menentukan pilihanku…
______________________________
Tarutung, April 25th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, July 17th 2007

Kerinduan Hati - 1

(masihkah kau cinta?)

Pada permulaan aku dan kau
Saling mengenal dan mengerti
Kau selalu mewartakan pribadi
Demikian dengan diriku

Namun, hari-hari ini kau, bukan aku
Telah tak pernah aku mendengar kamu lagi
Informasimu tak terdengar, tak terlihat lagi
Apa aku salah…?

Engkau tentu tahu aku rindu
Tapi aku tidak tahu : rindukah kamu?
Aku bingung, kau posisikan di mana hatiku?
Ah…saying, lupakah kamu denganku?

Engkau tahu aku cinta, tapi : masih kau cinta?
Jika ya, katakanlah! Agar jiwaku tenang di sini.
Jika tidak, juga katakanlah! Agar jiwaku tak menati-nanti.
‘’Kan kucoba melupakanmu, sekalipun aku cinta…!

Sayang sekali, aku belum bisa melupakanmu…
Aku masih merindukanmu, aku cinta kamu…
Biarlah Tuhan yang menentukan pilihanku…
_______________________________
Tarutung, April 25th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, July 17th 2007

Hati Yang Terselubung - bag. 2

(bagian dua)

Aku sudah mulai tahu siapa kamu,
Tapi masih belum semuanya
Setelah kucermati kamu dan sekitarmu
sampai ke lokasimu yang tak begitu jauh

Untuk kedua kalinya kita bersua kembali
aku ingin lebih tahu dengan kamu
Tapi, yang kudapat debat dan jebak
seolah memojokkanku

Tak kuduga, kau berbuat begitu,
Dan jiwaku mengganggu saraf tubuhku…
Aku bersyukur, kau informasikan seperti itu
Dan aku tak tahu apa masih bersambung…

Maaf seribu maaf
Bukan itu yang kuinginkan
Hanya aku Takut Yang Di Atas
Karena engkau penyambung lidah-Nya
Aku jua…

Maaf seribu maaf,
Bukan maksudku mencobai kamu
Hanya aku takut kamu tersentak
Karena aku masih baru,
Kamu jua,

Oh…, inikah yang harus terjadi?
Barangkali itu penjajakan
Oh…, kulapakan sajalah…
Tapi, haruskah kumenipu diri?
Masih tak bisa kujawab…
______________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 20 April 2006
Dirangkai/ditulis ulang di Tarutung, 21 April 2006

Hati Yang Terselubung - bag. 1

(bagian satu)

Aku sudah tahu siapa kamu,
Tapi belum dalam,
Itupun dari orang

Ketika bersua pertama kali,
Aku ingin lebih tahu dengan kamu,
Tapi aku bagaikan bulan melirik di siang bolong
Seolah tak perduli

Tak kuduga, kau hampiri aku,
Dan jantungku menggetarkan tubuhku…
Terima kasih, kau informasikan pribadimu
Dan masih bersambung…

Sayang seribu sayang,
Aku takut Yang Di Atas
Sebab, engkau kaki dan tangan-Nya
Aku jua…

Sayang seribu sayang,
Aku takut salah mengerti
Sebab, mungkin hanya ingin sahabat
Bukan sahabat sehidup semati.

Ah…, kenapa jadi begini?
Mungkin itu permulaan…
Ah…, diamkan saja…
Tapi, haruskah kumembohongi diri?
Tak bisa kujawab…
______________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Simasom (Kec. Pahae Julu), 17 April 2006
Dirangkai di Tarutung, 17/18 April 2006
Ditulis ulang di Tarutung, 21 April 2006

Tak Ada Tapi Ada - Versi 2

(jatuh cinta)

Sadar tak sadar
Di saat aku sendiri
Selalu ada yang menghantui pikiranku
Kulihat, tak ada…!
Bila tak berwujud, apakah itu?
Bila insan, siapakah dia?

Waras tak waras
Ketika aku kesepian
Selalu ada yang membayangi hatiku
Kugenggam, tak ada…!
Bila tak berwujud, apakah itu?
Bila insan, siapakah dia?

Gila tak gila,
Di saat aku kosong
Selalu ada yang mengganggu jiwaku
Bila tak berwujud, apakah itu?
Bila insan, siapakah dia?

Apakah itu jatuh cinta?
Bila memang, siapakah cintaku?
Aku tidak tahu,
Tapi aku yakin aku jatuh cinta.
_________________________
Tarutung, 10 April 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th

You, The Far Love

You, you are far away so much
Make me, must effort to challenge
Alive of you, the far…

You, you are far away so much
Make me, must land off in short landing
In your world, the far…

You, the far love
Must I be give up?
You, the far love
Must I be back off?

You, the far love
Let me near you…!
You, the far love
Let me to love you…!
_________________________
Tarutung, 17 Januari 2005
By : B. Marada Hutagalung, S.Th

Balada Pengharapan Si Kumbang (itulah aku…)

Dari arah selatan
Kumbang terbang ke utara
Melawan arah angin yang menjadi tantangan
Demi bunga mawar, itulah aku…

Segala daya yang ada
Si kumbang mencoba medekati sang mawar
Tapi gagal, ada apa?
Ada kupu-kupu dan lebah yang menjadi saingannya

Waktu terus berputar
Si kumbang beraksi kembali
Alhasil, sang mawar telah dicapainya
Sayang, pertemuan itu hanya sekali
Sebab jarak yang jauh justru menjadi halangannya
Tak mungkin ia di situ terus, karena harus kembali
Kumbang hanya berpengharapan saja,
Itulah aku…
_________________________
Tarutung, 17 Januari 2005
By : B. Marada Hutagalung, S.Th

Kau Yang Jauh

Kau yang jauh,
Yang aku rindu, dan kau demikian
Akankah itu bertahan selamanya?

Kau yang jauh,
Yang aku cinta, dan kau demikian
Haruskah dekat agar bertahan selamanya?

Kau yang jauh,
Bukankah suatu halangan bagiku, dan bagimu?
Bila mana cintaku dan cintamu adalah suci

Kau yang jauh,
Sang ilahi yang menjadi pengikat
Bagiku, dan bagimu selamanya…
_________________________
Tarutung, 17 Januari 2005
By : B. Marada Hutagalung, S.Th



Lagu ini telah diubah menjadi sebuah lagu

VIDEO LIRIK

Salahkah Bila Aku Mencintaimu

Hei...kamu, jangan salahkan’ku
Bila ‘kucintaimu setulus hatiku...
Hei...kamu, jangan engkau marah
Bila ‘kucintaimu sepenuh hatiku...

Jangan engkau marah akan hal itu...
s'bab ‘ku tak bermain-main...
jangan engkau biarkan dirimu kecewa...
gara-gara cintaku...

Bila ‘kucintaimu adalah hakkku
Dan tiada boleh orang melarang...
Dan bila kau tolak akan isi hati
s'bab itu adalah hakmu jua......

Ternyata kamu orang keras kepala
Yang tak mau mengerti aku...
Hanyalah kecuekan yang kamu B’ri...

Bila memang kau tak cinta
Lebih baik jangan berbohong
Katakanlah sejujurnya kepadaku...
Agar aku...tidak menjadi penasaran...

Susahnya aku mengerti dirimu
Yang melaju menjauh dariku...
Salahkah bila aku mencintaimu...
__________________________________
Tarutung, Tahun 2003
Ditulis ulang : Tarutung, 24 Juli 2008
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
NB. : Ini adalah sebuah syair lagu yang diciptakan penulis sendiri
Lagunya dapat dilihat : klik http://maradagv.blogspot.com/2012/02/alahkah-bila-aku-mencintaimu-video-dan.html

VIDEO

Siapakah Dia...?

Seiring detik waktu kulangkahkan kakiku…
Seirama dengan derap kaki kuda suaranya…
Dan tak terduga, kaki berhenti…
Mata ternyata tertuju pada seseorang…
Siapakah dia…?

Dia…ternyata t’lah menggugah hatiku yang tertutup…
Dia…ternyata t’lah rubah sikap pikiranku…
Ah…siapa gerangan…?
Ya…Siapakah dia…?

Mataku kembali bersinar setelah melihat dia…
Hatiku kembali bergairah…
Badanku terasa bersemangat…
Tapi…Siapakah dia…?

Otakku seraya berputar ‘tuk ramal:
Siapakah dia…? Tapi, kutak bisa…
Kucoba mendekatinya…jantungku bagai menghadapi gempa…
Bergema sampai di telinga…

Kucoba cara lain:
Ku bagai polisi tanya sana-sini, Siapakah dia…?
Kurang puas di hati…
Masih terngiang di telinga: Siapakah dia…?

Di rumah…di jalan…di manapun aku berada…:
hatiku telah tertuju padanya…
bahkanku pernah jatuh tersandung hanya karna dia…
Masih dalam pertanyaan di benakku: Siapakah dia…?

Siapakah dia yang telah menggugah hatiku yang tertutup…?
Siapakah dia yang telah merubah sikap pikiranku…?
Siapakah dia yang telah membuat badanku bersemangat…?
Siapakah dia yang telah menembus pintu perasaanku…?
Siapakah dia yang telah merebak kalbuku…?
Masih terngiang terus: SIAPAKAH DIA…?
__________________________
Buat Seseorang,-
Tarutung, November 11th 2003
By: B. Marada Hutagalung.

Tiga Bunga Pilihan Yang Tak Didapat

Mawar biru…
Bunga yang indah penuh kecerahaan,
Mataku tak pernah berkedip memandangmu
Saatnya kumemetik kamu
Agar orang lain tak lebih dulu…
Aduh! Tanganku tak berhasil memetikmu…
Malah hanya darah yang ke luar dari jemari tanganku…
Sangat disayangkan, keindahanmu ternyata diselimuti oleh duri-duri.

Melati putih…
Bunga yang indah penuh keceriaan,
Perasaanku menganggap bahwa dirimu suci seperti warnamu.
Saatnya kumemetik kamu
Agar orang lain tak lebih dulu…
Aduh! Sungguh alangkah sulitnya kau kupetik…
Aku terlambat, Kau terlampau jauh dan tinggi untuk jangkauan tanganku…
Malah tangan yang lain lebih dekat memetikmu…
Sangat disayangkan, keindahanmu ternyata dibatasi oleh kejauhan-ketinggian.

Aster Pink…
Bunga yang indah penuh kasih,
Hatiku sangat tersentuh akan warnamu.
Saatnya kumemetik kamu
Tapi! Sayang sekali, kau ternyata sudah dimiliki orang…
Disaat kuberencana ‘tuk memetikmu, kumalah dibentak yang punya…
Tangan tak jadi kugerakkan…
Sangat disayangkan, keindahanmu ternyata terpagar oleh yang punya.
_________________________
Tarutung, November 04th 2003
Oleh : B. Marada Hutagalung

Kuingin Bercinta

Cinta…
Kupikir itu hanya sebagai permainan hidup saja,
Tapi, kurasa bukan demikian…
Ya…itu sesungguhnya, s’bab hatiku yang merasa
Bukan pikiranku…

Pikiranku selalu bertanya: Pentingkah bercinta itu?
Lain dengan hatiku: Siapakah cintaku?
Ternyata pikiran dan hati dalam diriku terjadi indikasi…
Bila kusimak, pikiran berargumen bahwa cinta itu tidak penting,
Lain dengan hati: aku butuh cinta!

Sesekali aku bertanya kepada bintang ketika malam tiba:
Kenapa kuingin bercinta?
Tak kuduga ternyata bintang menjawab pertanyaanku melalui cahayanya:
Ia malah mengatakan bahwa hati dalam dirikulah pelakunya
Katanya, hati dalam diriku berubah ketika aku melihat lawan jenisku.

Hatiku memang hebat, bisa mengalahkan pikiranku…
Tapi aneh, ia tahu berkata cinta tapi yang dicintai tak didapat.
Tiba-tiba cahaya bintang berkata kepadaku:
Itu karena terjadi perang panas antara pikiran dan hati dalam dirimu!
Aku tahu maksudnya, pikiran dan hati dalam diriku harus saling mendukung.

Kuingin bercinta, kata hatiku…
Pikiranku malah mendapat kebingungan…
Kuingin bercinta! Hatiku berseru…
Pikiran malah bertanya: Untuk apa kau bercinta?
Pokoknya, kuingin bercinta! S’bab kubutuh cinta…
__________________________
Tarutung, November 03rd 2003
By: B. Marada Hutagalung.

Balada Kisah Kasih Kumbang Dengan Bunga Mawar

Mentari mulai tampak nun jauh di balik gunung
Seekor kupu-kupu nan indah...
Ia hinggap di salah satu daun bunga mawar
Bunga mawar nan indah...masih muda
...belum mekar
segera kupu-kupu hingap di bunganya
Namun, ingin rasanya bunga menolak
Apa hendak dikata...bunga terpaksa memberikan sarinya...
Ya...karena kupu-kupu sudah lama menunggunya
Dan bersumpah ‘tuk tak’kan meninggalkannya
Tapi kupu-kupu tak tega mengambil sarinya...
Ya, masih muda belia
Waktu begitu cepat berjalan...
Kupu-kupu hampir putus asa...sang bunga tak segera mekar
Namun alam memaksa dia, yah...’tuk mencari bunga yang lebih mekar
Yang dapat membuat raganya “kuat”, sebab kupu-kupu sudah tua...
Akhirnya kupu-kupu meninggalkannya...dan tak kembali...!
Dan sang bunga ingin melayani “alam dunia”
Yah...dengan keindahan bunga mawarnya...
Itulah cita-citanya.
Di waktu depan...
Seekor kumbang tidak indah, tapi ‘idiih jelek banget deh...’
Terbang agak kesewotan...
Ia hinggap di salah satu daunnya (bunga mawar)...tidak kesepian lagi...
Kumbang tahu...bahwa sang mawar ingin “memperindah alam”
Tetapi “sepakat” untuk tidak meninggalkannya...
Ingin sekali merasakan sarinya, tapi!!!
Tiap waktu yang ditentukan kumbang selalu datang
Namun pada waktu berikut...kumbang tidak tepat waktu
Hingga bunga mawar merasa kesepian dan agak layu
Kumbang menyesal...ia menyampaikan pesannya
Melalui angin sahabat terbangnya...
Kasihan si kumbang,
Baru kira-kira beberapa minggu telah berpisah
Kumbang gagal mendapat kepastian
_____________________________________
Tarutung 2001/2002
By: B. Marada Hutagalung.
Rewritten/Revised: Tarutung July 16th 2007

10 September 2009

Semoga Kau Bahagia

‘Ku’kan nyanyikan lagu senandung rindu
yang kupersembahkan padamu bunga yang ‘kuidamkan...

Cintamu bukan untuk diriku...
Tapi melainkan cintamu tuk sahabatku...

‘Ku’kan doa’kan kalian berdua...
demi keabdian cintamu kepadanya...

O... sayangku, lanjutkan perjalanan cintamu
Jangan biarkan dirimu kecewa gara-garaku...

Semoga kau bahagia bersama dirinya...
Cintailah dirinya, setulus hatimu...

O... sayangku, selamat bercinta
Jangan kau sakiti, hatinya sahabat karibku...


___________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Tarutung, Tahun 2001
Ditulis ulang di Tarutung, 24 Juli 2008
NB. : Ini adalah sebuah syair lagu yang diciptakan penulis sendiri

At Dark Nigth

Dark night...
I sit in a seat..., yeahh...!
While playing a guitar...
Singing a feeling song of my life lovely...

Dark night...
I feel a coldness..., yeahh..!
Companied by the mosquitos...
Only disturb my self
In poorness out a feeling.

A water fall down from my eyes
Stressed b’love n’ambition
Fail i got... is I think
In my mind for this

I’ve ran out my time
Just reclling ambition in my mind, yeahh...!
I’m alo’nly...how to do that...
I’m sure...I wouldn’t get success
If alike this’s...alone forever...

I need someone, love me, I love,
Aiding to finish problems n’ wishes...
Of my mind ~ at dark night...
__________________________________
“Kampoes” STAKPN Tarutung, August 31st 2001
By: B. Marada Hutagalung.
Rewritten/revised: Tarutung, April 21st 2006

Second Rewritten: Tarutung July 16th 2007

09 September 2009

O Mimpi, Bawalah Aku Kepadanya

‘Kuterbang membelah angkasa
bak cah’ya putih arungi lautan langit yang anggun
Aku sadar, ternyata aku bermimpi
Bersua dengan seorang bidadari
Oh...! Betapa cantiknya wajahnya...
Panjang terurai indah rambutnya...

Ah sayang,
Hanya dalam mimpi

O mimpi, bawalah aku kepadanya
Agar aku tak kesepian
Walau hanya dalam angan-angan

O mimpi, bawalah aku kepadanya
biar aku tak sendirian
Walau hanya dalam banyang-bayang

O mimpi,
bawalah aku kepadanya...!
______________________________
Sipoholon, August 21st 2000
By: B. Marada Hutagalung.
Rewritten/revised: Tarutung, April 21st 2006
Second Rewritten: Tarutung July 16th 2007

Pengunjung

Flag Counter