Tampilkan postingan dengan label Puisi Perjuangan Hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi Perjuangan Hidup. Tampilkan semua postingan

08 April 2015

Balada - Bertahan Hadapi Musuh Kehidupan



Benteng pertahananku nyaris hancur,
Aku diserang dari berbagai arah,
kudeta pun terjadi di dalam bentengku.

Gawat!!!
Pasukanku banyak yang berguguran,
Rakyatku juga menjadi korban,
Banyak bangunan yang hancur.

Oh tidak!!!
Para ksatriaku telah berguguran,
Pasukanku tinggal prajurit biasa saja,
Jumlahnya pun tak seberapa.

Musuh yang dilawan sungguh banyak,
Kepercayaanku juga ikut mengkudeta kerajaanku,
Kerajaanku benar-benar sekarat.

Aku tak tahu harus bagaimana,
menyerah atau tidak?
Penasehat raja pun tak bisa berbuat apa-apa,
Apalagi para menteri, mereka kehabisan akal.

Harapan terakhirku adalah ratuku.
Aku butuh saran bijaknya,
Demi mempertahankan kerajaanku yang tak seberapa ini.
________________________
Tarutung, 08 April 2015
Oleh: B. Marada Hutagalung

15 Juni 2012

Cerita Baru Yang Hilang

Cerita lama telah selesai kutulis,
lanjut cerita baru,
cerita yang kutulis saat melaju baru.

Hari pertama kusiapkan kertas,
lalu kulukis rangkaian kata,
beberapa alinea telah selesai.

"Ceritamu bagus", kata sang penerbit.
"Lalu bagaimana, pak?" Tanyaku.
Seperti susah dijawab : "Lanjutkan!"

Hari berikutnya, bab per bab hampir selesai,
benar-benar cerita indah kugambarkan,
dan akhirnya selesai.

Dengan semangat aku membawanya ke penerbit,
diterima, dan berkata : "Sabar ya, akan kami proses!"
Aku sabar menunggu.

Jantungku berdebar-debar menunggu jawaban mereka.
Aku merasa yakin cerita baru akan terbit.
Aku berdoa dengan penuh harap.

Ternyata diluar dugaan : "Maaf pak, kami tak dapatkan menerbitkannya!"
Mereka tak menyimpan cerita itu lagi,
tak tahu entah di mana.

Jilid kedua telah kusiapkan,
tapi tak guna karena yang pertama telah hilang,
mungkin dibuang karena tak layak,
aku tak punya salinan.

Haruskah kutulis ulang cerita itu?
Buat apa jilid kedua, ketiga bila tak ada yang pertama.
Sejenak aku merenung dulu.
________________________
Tarutung, 15 Juni 2012
oleh : B. Marada Hutagalung

14 Juni 2012

Janganlah Hanya Menunggu


Haruslah ada harapan,
berkhusyuk dengan doa.
Haruslah ada kesabaran.

Buktikan dengan tindakan,
jalankan dengan pengorbanan.
Jangan takut dan menyerah.

Bila ingin menang, siaplah kalah!
Jangan paksakan untuk berhasil.
Tenangkan jiwa untuk hari yang indah.

Di awal boleh menunggu,
di kemudian majulah.
Jalankanlah komitmen.

Jangan menunggu,
bergeraklah ke tujuan,
Satukan jiwa dan raga.

Jangan tunggu semakin jauh,
mendekatlah ke arah itu,
tangkaplah mimpi itu.

Jangan tunggu menghilang,
sesal tak ada guna,
menangis sia-sia.

Sasaran tak berhasil,
yang lain masih ada,
mungkin lebih indah.

Janganlah hanya menunggu,
bertindak, bertindak dan bertindaklah.
Cari, cari dan carilah!
_____________________________________
Tarutung,  14 Juni 2012
Oleh : B. Marada Hutagalung

08 Juni 2012

Sabarlah Wahai Kumbang

Harum semerbak sang bunga menggugah jiwa sang kumbang,
hanyalah sebuah harapan bagi sang kumbang bisa hinggapi di bunga,
karena sang kupu-kupu dan lebah telah ada di sana!

Buat apa memilih kumbang bila ada kupu-kupu atau lebah,
karena kumbang tak memiliki apa-apa,
namun kupu-kupu memiliki keindahan nan pesona,
namun lebah memiliki madu nan manis!

Sabarlah di kau wahai kumbang,
masih ada waktu yang akan datang,
dan masih ada keindahan yang akan datang!
Sabarlah wahai kumbang!
__________________________________________
Tarutung, 08 Juni 2012
Oleh B. Marada Hutagalung

04 Juni 2012

Pelangi Rasa

Berbagai warna telah kukecap,
kadang pahit, manis, asam, dan asin,
hingga ku tak tahu mana rasa apa yang tinggal di hidupku,
hingga ku tak tahu rasa apakah semuanya bila disatukan.
Itulah warna-warni kehidupan yang kulalui

Itulah hidup, semua rasa harus kita lalui
Itulah hidup, membuat kita menjadi dewasa
Itulah hidup, berbagai warna harus kita rasa

Aku, anda, kita semua harus berwarna,
mengecap rasa yang hinggap dalam hidup kita,
dan itulah hidup yang tidak bisa kita tebak

Rasa sukacita yang diharapkan tetapi digantikan rasa dukacita,
tanpa kuduga bahkan tanpa kuketahui kapan datangnya.
Hanya Tuhanlahlah yang tahu!

Pelangi rasa, pelangi kehidupan
Itu akan menjadi keindahan bagiku
bilaku bisa melaluinya...!

Pelangi rasa adalah pahit, manis, asam, dan asin kehidupan
Pelangi rasa adalah sukacita dan dukacita kehidupan
Pelangi rasa adalah pelangi kehidupan

Biarlah pelangi itu kunikmati warnanya
Biarlah pelangi itu kukecap rasanya
Biarlah pelangi itu datang dalam hidupku!
_______________________________
Tarutung, 04 Juni 2012
Oleh B. Marada Hutagalung

27 Mei 2012

Oh Merpati, Terbanglah


Oh Merpati,
terbanglah engkau setinggi langit.
Kelilingalah bumi sambil menembus berbagai macam awan!
Terbang dan terbanglah!
 _______________________
Tarutung, 27 Mei 2012
Oleh : B Marada Hutagalung

13 Mei 2012

Menjadi Terbaik

Bila kau terjatuh jangan frustasi
Bila gagal lagi jangan menyerah
Tetaplah berjuang menjadi terbaik

Semua indah pada waktunya
Semua ada waktunya
Janganlah berhenti
Berjuanglah menjadi terbaik

Bila kehilangan jangan menangis
Bila kau ditinggal jangan kecewa
Tetaplah semangat jalani hidupmu

Semua indah pada waktunya
Semua ada waktunya
Janganlah berhenti
Berjuanglah menjadi terbaik

Bila tak berhasil sukacitalah
Bila dikalahkan tetap bersyukur
Himpun kekuatan 'tuk jadi terbaik

Semua indah pada waktunya
Semua ada waktunya
Janganlah berhenti
Berjuanglah menjadi terbaik

Semua indah pada waktunya
Semua ada waktunya
Janganlah berhenti
Berjuanglah menjadi terbaik

Janganlah kau lupa kepada Tuhan
kar'na Dia s'lalu jadi Penolong
Tuhan akan ada untukmu...
menjadi terbaik...!
______________________
Tarutung, 13 Mei 2012 
Oleh : B. Marada Hutagalung

Catatan :
Puisi ini adalah sebuah lagu, klik http://maradagv.blogspot.com/2012/05/menjadi-terbaik-video-dan-mp3.html

17 September 2009

Meniti Harapan

Bak wajah galau terebos dunia
Tercabik kelam ‘ku yang s’makin lemah
Adakah insan yang dapat menolong?
S’bab ‘ku tak bisa bergerak sendiri.

‘Kan kutetap coba meniti harapanku
Walau s’makin jatuh ‘ku tetap bertahan
Biarlah air mataku menjadi minumanku
Asal kubertemu cita-cintaku...

Walau tak ada yang menolong diri ini
‘Ku takkan menyerah meniti harapan
Biarlah penderitaan menjadi makananku
Asal ‘ku bersua masa yang cerah...

Pasti Yang Kuasa, memb’ri kekuatan...
Berdoa pasrah, meniti harapan...!
_______________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Tarutung, 02 Desember 2004
Ditulis ulang di Tarutung, 24 Juli 2008
NB. : Ini adalah sebuah syair lagu yang diciptakan penulis sendiri

Usaha Menghentikan Perang Panas

Tiap waktu melangkah atau tidak…
Diriku selalu berada di tengah perang panas yang berkecamuk,
Yaitu antara dua pihak yang berbeda sifat,
Dua pihak yang tak ada mau mengalah…

Perang panas ini tak kunjung-kunjung henti
Sejak terjadinya perbedaan pemahaman.
Aku tak mau diam saja, kucoba untuk menghentikannya…
Tapi…, kutak bisa!!!

Tak ada waktu tenang…
Tak ada waktu luang…
S’bab tiap waktu selalu mengangkat senjata…
S’bab tiap waktu selalu berperang…
Tak ada yang mau berhenti!!!

Usaha lain, kucoba untuk mendekatinya satu per satu…
Pihak pertama selalu mengandalkan keintelektualan pikiran,
Pihak kedua selalu mengandalkan kekuatan perasaan hati.
Wah…! Gawat! Pendekatankau malah menghasilkan perang lebih dahsyat.

Aduh! Rambutku seraya terbakar akibat perang…
Tulang-tulang otakkupun mulai retak,
Badanku bagai kurang vitamin…kurus bagai tak terurus…
Aku sudah bosan untuk menghentikan perang ini!

Memang dari dulu aku tak pernah belajar untuk menyatukannya,
Ya…menyatukan pikiran dan hati yang selalu berperang dalam diriku,
Aku sudah tak punya semangat lagi untuk hidup,
Kekuatanku habis di tengah perang panas itu.

Mentari pagi mencoba untuk berpendapat ketika aku termenung:
Kedua sifat itu yang ada dalam dirimu tak usah kau cemaskan
Sebenarnya itu terjadi karena dirimu dihantui “Cita ~ Cinta”…
Biarkanlh keduanya berkembang…bagai ayam berenang…
Akhirnya tenggelam. Aku jadi bingung sendiri…
Sedemikian rupakah usaha untuk menghentikan perang panas ini???
_________________________
Tarutung, November 04th 2003
Oleh : B. Marada Hutagalung

Balada Perjuangan Hidupku

Dari awal…kaki telah kuringankan
Dari awal…dada telah berkobar
Dari awal…mata telah bersinar
Ya, dari awal…segalanya telah kusiapkan.

Ternyata, apa yang kutempuh
berbeda dengan rencana yang telah kurumuskan
Ya, semuanya berubah arah dan arus denganku.
Akhirnya kucoba untuk mengikutinya…
mengikuti arah hembusan angin sepoi-sepoi,
mengikuti arus aliran sungai yang perlahan-lahan.

Indah, enak, dan elok…
Kusimpulkan, kuhampir berhasil,
berkat arus aliran sungai, dan
berkat arah hembusan angin.

Oh…! Aku tahu kini ke mana angin dan sungai akan membawaku.
Kini aku sadar, ku akan dibawa ke laut.
Aduh…! Kutak mau ke laut!
Tak ada yang dapat kuperbuat di sana!

Cara lain! Ya, ada cara lain…
Kucoba melawan arah angin dan arus sungai!
Perasaanku berhasil…tapi, tidak!!!
Ternyata, angin dan sungai bersama cuaca menghalangiku…
Kelihatannya, mereka kerjasama…! Ya, kerjasama yang baik.
Mereka bersatu menjadi badai petaka…akibat melawan
Aku terlanjur mengikuti mereka.

Aku tak mau ke sana! Aku tak mau ke lut!
Kulawaan mereka dengan daya, tenaga yang ada!
Tapi…, ku dijatuhkan sampai terperosok…
Keringat darah dari tubuhku tiada guna,
Aku kalah…aku terlempar ke tanah basah.
Tapi, ada apa? Kenapa aku tak jadi dibawa ke laut?
Ya, kerjasama mereka tak sepadan.

Akhirnya…dengan tubuh lemah kucoba untuk berdiri…
Akhirnya…dengan tubuh kurus tak terurus kucoba untuk bertahan…
Akhirnya…dengan tubuh kacau kucoba melihat ke belakang…
Ya, akhirnya…kucoba untuk berjuang kembali dan bergerak ke depan…
____________________________________
Tarutung, August 25th 2003
By: B. Marada Hutagalung
Rwritten/revised: Tarutung, November 11th 2003

Raga Menangkap Angin

Tak terasa waktu begitu cepat berjalan
Sangatlah disayangkan, tidak ada perubahan
Sia-sia belaka yang diangankan

Pelik sekali hidup ini
Rasa diri menangkap angin...
Apakah yang terjadi...?
Yah..., sulit untuk dipikir-pikir

Segala cara dicoba,
Untuk sesuatu yang dicita-cita
Namun!!! Yah..., namun semua itu tidak dapat diraga
Mungkin, ...mungkin diri berasa di bejana.

Cita, cinta, sukacita, dan kebahagiaan...pelik sekali
Pelik sekali sukma lalui
Pedih sekali...!!!
Rasa raga menangkap angin...
Rasa raga menjaring air...
Tak satu juapun yang mengerti...
Yah...mengerti yang raga pikir.

Dukacita...keabstrakan dunia yang fana
Dirasa sukma...rasa bersalah, rasa belaka
Membuat lgika kepala ubah jadi lelah
Sukma, raga m’rasa bersalah

Oh..., betapa malangnya sukma –raga diri
Rasa raga menangkap angin...
Rasa raga menjaring air...
Tiada yang mengerti raga...
______________________________
Tarutung 2001/2002
By: B. Marada Hutagalung.
Rewritten: Tarutung July 16st 2007

Pengunjung

Flag Counter