17 September 2009

Hati Yang Terselubung - bag. 3

(bagian tiga)

Waktu menentukan siang,
Temanku menemuiku di tempatku
dan tak kuduga aku malah berencana menemuimu
bersama dia dan aku, ke tempatmu…
Masihkah berlanjut? Aku tidak tahu…

Sambutanmu begitu manis
Membuat temanku menjadi tersanjung
Aku jadi iri dan cemburu…
Apa kamu tahu itu?

Engkau memang baik hati,
sampai-sampai kamu buat aku…
juga dia, terpesona akan kepribadianmu

Kamu, juga aku dan dia
sama-sama petugas-Nya, sekalipun masih calon
Itulah yang membuatku takut berkata hati,
Tidak hanya itu, kepribadianmu buatku jadi tak berkutik
Menjadikan aku harus menyembunyikannya..

Ketika aku dan dia berencana kembali
Ada sesuatu yang tertukar…
Ya…, alas kaki yang tertukar dengan yang lain.
Ah…! Kenapa jadi begini?
Dengan perasaan kesal, terpaksa aku pakai dan pulang

Aku tidak tahu apa kamu tahu itu,
Aku hanya bisa berkata-kata dengan tulisan yang kucurahkan
Bila kamu tahu, aku bersyukur…
Bila kamu tak tahu, tak apa-apa..

Tapi, haruskah aku jadi pecundang?
Atau haruskah aku jadi pengecut?
Ah… masih belum bisa kujawab…!
______________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 28 April 2006
Dirangkai/ditulis kembali di Tarutung, 01 Mei 2006

Comments
0 Comments
Tidak ada komentar:
Write Isi Komentar Baru

Mohon komentarnya dengan tidak memuat komentar yang berunsur SARA, Pornografi dan hal-hal yang tidak sesusai dengan aturan/norma yang berlaku. Terima kasih dan salam sejahtera.


Pengunjung

Flag Counter