Tampilkan postingan dengan label Puisi Kisah Kerinduan Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi Kisah Kerinduan Hati. Tampilkan semua postingan

17 September 2009

Kerinduan Hati - 4

(masih saling mencintai)

Pejantan tangguh…
Aku…? Apa iya…?
Tidak sama sekali…!
Aku…, adalah pejantan tanggung.

Ah…, aku bersyukur bisa bertemu
Tapi sayang, hanya sebentar
Itu karena aku pejantan tanggung

Terima kasih buat sahabatku
Engkau telah bawa aku ke tempatnya
Tapi, alangkah bodohnya aku…
Aku rindu, tapi tak kupuaskan
ketikaku jumpa denganmu

Maaf, perjumpaan kita tak mengenakkan
Aku langsung mudah sakit hati
Langsung pamit,
Akhirnya menyesal…

Seharusnya aku tanya kamu,
Masihkah kamu cinta aku?
Mana kamu pilih, aku atau pilihan orang tuamu?
Sayang, tak jadi kusampaikan…

Aku masih bingung,
Apakah kamu mengujiku?
Untunglah kau jawab dengan jujur,
Dan engkau masih mencintaiku…
Aku sukacita, kita masih saling mencintai

Kau akan tetap berusaha untukku
Sekalipun kau dipersiapkan ke orang lain
Itu katamu sekarang, aku tidak tahu besok…
Mudah-mudahan Yang Di Atas Merestui
Dan tetap menyatukan cinta kita…!
__________________________________________________________
Terinspirasi dari Dolok Sanggul (Kec. Humbang Hasundutan), 04 Mei 2006
Dan dari via telepon di Tarutung, 06 Mei 2006
Disusun/ditulis kembali di Tarutung, Mei 06 2006
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, July 17th 2007

Kerinduan Hati - 3

(mencoba berlapang dada)

Aku tahu kau jauh
Aku salah memang,
Aku tak ke sana,
Sebab kutahu kau rindu…

Sekarang, kuingin mencurahkan rinduku
Dan menguatkan komunikasi antara kita
Tapi, sangat disayangkan,
Aku tak bisa berkomunikasi
Lewat udara, tenaga dana kurang…
Lewat darat, tak tahu mau ke mana disampaikan
Karena, kau tak di situ lagi

Lewat apalagi aku curahkan rinduku
Tak ada lagi, kecuali menemui di tempat asal
Ah…, sama saja tak bisa…
Tenaga dana masih kurang.
Apakah aku pengecut, pecundang?
Aku tidak tahu, tapi mungkin juga…

Informasimu memang mengudara
Selama kita masih Satu dan mendarat di telinga
Prosespun berjalan dalam jiwa
Dan…akhirnya, sakit hati.

Ah…, tak apalah kalau memang itu terjadi
Katamu, kau akan dijadikan ke orang lain
Dan paksaan orang yang melahirkanmu,
paksaan orang yang membesarkanmu, merawatmu

Kalau kamu tak suka dia,
Bersolusilah dengan benar dan baik
Jangan menyiksa diri dan keluarga
Posisimu memang bak si buah malakama
Melawan mereka, salah…
Tinggalkan aku, juga salah…

Aku… ‘kan s’rahkan ke Tuhan
Jiwa, roh, dan raga siap menghadapi keputusanmu
Meski aku cinta kamu…
Aku berlapang dada…!
_____________________________
Tarutung, Mei 02nd /05th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, July 17th 2007

Kerinduan Hati - 2

(menangis, menangis dan menangis)

Menangis…
Pikiran, hati menangis
Sejak engkau berkata kau disatukan dengan

Namun, hari-hari ini kau, bukan aku
telah tak pernah aku mendengar kamu lagi
Informasimu tak terdengar, tak terlihat lagi
Apa aku salah…?

Engkau tentu tahu aku rindu
Tapi aku tidak tahu: Rindukah kamu?
Aku bingung, kau posisikan di mana hatiku?
Ah… sayang, lupakah kamu denganku?

Engkau tahu aku cinta, tapi: Masihkah kau cinta?
Jika ya, katakanlah! Agar jiwaku tenang di sini.
Jika tidak, juga katakanlah! Agar jiwaku tak menanti-
nanti.
‘Kan kucoba melupakanmu, sekalipun aku cinta…!

Sayang sekali, aku belum bisa melupakanmu…
Aku masih merindukanmu, aku cinta kamu…
Biarlah Tuhan yang menentukan pilihanku…
______________________________
Tarutung, April 25th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, July 17th 2007

Kerinduan Hati - 1

(masihkah kau cinta?)

Pada permulaan aku dan kau
Saling mengenal dan mengerti
Kau selalu mewartakan pribadi
Demikian dengan diriku

Namun, hari-hari ini kau, bukan aku
Telah tak pernah aku mendengar kamu lagi
Informasimu tak terdengar, tak terlihat lagi
Apa aku salah…?

Engkau tentu tahu aku rindu
Tapi aku tidak tahu : rindukah kamu?
Aku bingung, kau posisikan di mana hatiku?
Ah…saying, lupakah kamu denganku?

Engkau tahu aku cinta, tapi : masih kau cinta?
Jika ya, katakanlah! Agar jiwaku tenang di sini.
Jika tidak, juga katakanlah! Agar jiwaku tak menati-nanti.
‘’Kan kucoba melupakanmu, sekalipun aku cinta…!

Sayang sekali, aku belum bisa melupakanmu…
Aku masih merindukanmu, aku cinta kamu…
Biarlah Tuhan yang menentukan pilihanku…
_______________________________
Tarutung, April 25th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, July 17th 2007

Pengunjung

Flag Counter