Showing posts with label Puisi Bercerita. Show all posts
Showing posts with label Puisi Bercerita. Show all posts

17 September 2009

Selamat Malam Bintang Jauh

Sejenak aku ke luar ke halaman rumah,
aku duduk di teras seraya memandang ke atas langit.
Oh, sungguh alangkah indahnya bintang yang satu itu,
Lebih terang dari pada yang lain

Oh bintang...
Engkau telah menerangi jiwaku yang gelap
dengan sinarmu, engkau tersenyum padaku
membuat hatiku semakin terpana.

Kuingin memilikimu,
Tapi sayang, kau tak bisa kuraih.
Bila kupandang, engkau begitu dekat...,
tapi, bila kudekati dan kusentuh...,
engkau begitu jauh...!

Aku memang tak bisa terbang...
Tapi, bila pun burung ahli dalam terbang...
tetap jua tak bisa mendekatimu.
Malang melintang memang nasibku,
Ternyata sang meteor dan kometlah yang menjadi sainganku.

Sayang, aku hanya bisa memandang.
Akhirnya aku kembali ke rumah,
karena tak tahan dengan cuaca dingin dan
juga banyak nyamuk...!
Hai bintang, aku mau tidur...!
Selamat malam bintang jauh...!
___________________________
Tarutung, 23 Juli 2008
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th

Menanti Jalur Terbuka

Di kala aku berpetualang ke samudera
tatkala kumelihat sebuah pulau nan indah dan anggun
hingga aku mencoba untuk berlabuh ke dermaga
dan sebelumnya kubertanya pada orang lain :
“Apakah nama pulau itu?”

Sayang sekali, jalur berlabuh untuku masih tertutup
karena kartu tanda pengenalku masih diragukan
dikhawatirkan aku bisa membawa masalah...

Namun, tak kusangka dia bisa merubah hidupku,
dia bisa meleburkan jiwaku yang sudah lama membeku
dengan kehangatan suasana pulaunya

Meskiku masih di laut lepas
namun hari-hariku dipenuhi sukacita
seraya berkata dalam hati :
“Kemegahanmu menembus benteng jiwaku...”
“kehangatanmu menghidupkan api dalam dadaku...”
“Tanahmu memberiku kedamaian abadi...”

Memang pernah kucoba untuk melupakanmu
Tapi, harum semerbakmu masih terasa di hidungku,
Wajahmu masih selalu membayangi hari-hariku,
Namamu masih terukir dalam kepalaku...,
Akhirnya kukembali berpetualang

Waktu terus berganti dan petualanganku nyaris berhenti
Ternyata kamu masih memilih waktu untuk masa depanmu
membiarkan para saudagar untuk berbisnis demi kemegahanmu
membiarkan pulaumu dibangun dengan keindahan
membiarkan masyarakatmu bekerja setiap hari
membiarkan pantaimu diawasi dari serangan tak terduga

Memang pulaumu pernah didatangi seorang petualang
namun tak bisa bertahan lama karena pulau lain menantinya
sehingga para pemimpinmu membuat sebuah keputusan.
Keputusan yang pasti dan membuahkan hasil yang indah
agar para petualang tidak sembarang datang dan pergi
Karena petualang yang diinginkan hanya satu...!

Bukan hanya aku saja yang berpetualang ke pulaumu,
banyak petualang lain ingin berlabuh ke dermagamu
hingga para pemimpinmu sulit membuka jalur pelabuhan
Akhirnya aku hanya mengitari pulaumu.
Menunggu dan menunggu sampai jalur pelabuhan terbuka
Ah..., sampai kapan aku sanggup mengitari pulaumu?
Perbekalanku hampir habis....!!!
_____________________________________________
Tarutung, 16 Juli 2008
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th

Puisi ini Kupersembahkan untukmu seorang...!

Hati Yang Terselubung - bag. 5/terakhir

(bagian lima/terakhir)

Sekarang, aku sudah lebih tahu siapa kamu
Meski tak sepenuhnya, tapi itu sudah cukup
Dan tidak hanya dari orang

Aku datang ke-empat kalinya
Saudarku ikut ke-dua kalinya
Aku sudah tahu kamu,
Tapi hati masih terselubung
Pura-pura tidak mau tahu…

Debat di antara kita telah kita lalui
Sayang, kau sempat buat hatiku tercambuk
Terima kasih, informasimu memperbaiki polaku
Dan tak dapat kupastikan apa masih bersambung…

Maaf seribu maaf,
Lupakanlah semua keteledoranku
Agar aku tak menjadi batu sandunganmu

Maaf seribu maaf,
Tak usah perbuat yang aku pinta
Agar tugasmu dari-Nya cepat selesai

Ini sudah terjadi, dan segera berlalu
Selesai sudahlah urusanku denganmu
Akhirnya, aku harus menjauhimu
Aku harus jadi pecundang dan pengecut
Aku membohongi, menipu diri…!
Itulah jawaban yang kutemukan…

~~~ Salam Sejahtera ~~~
_____________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 03 Mei 2006
Dirangkai/ditulis kembali di Tarutung, 06 Mei 2006

Hati Yang Terselubung - bag. 4

(bagian empat)

Aku datang sesuai dengan janjiku padamu
Tapi sayang, aku tepat waktu
Sesuatu yang lebih penting harus diselesaikan
Dan pertemuan berikut masih bersambung…

Terima kasih, engkau tahu aku lelah
Tapi itu bukan permintaanku
Sekalipun aku lelah, kutetap membantu
Memang kusempat bingung membantumu
Karena aku dalam keadaan lunglai

Satu pertanyaan bagiku,
Kenapa kamu buat aku terpikat?
Sulit kujawab…
Atau apa mungkin kepribadiaanmu pengaruhi aku?

Kala pertemuan itu aku b’ri karyaku
Karya curahan alam pikirku,
Karya curahan alam hatiku…
Sayang, kamu protes banyak…

Tidaklah penting bagiku protes
Aku hanya ingin t’rima dengan sukacita
Dan memahaminya…
Sebab hanya itu bisa b’ri tahu tentang hatiku

Aku masih bingung apa kamu mengerti,
Tapi aku rasa kamu mengerti
Andai kau tahu, terima kasih…
Bila kau tak tahu, juga terima kasih
Dan bila tak mau tahu, itu terserah…

Beginilah jadinya, bila takut ke pasukan-Nya
Kurasa ini masih dalam langkah awal…
Ah…, lebih baik aku lupakan saja
Tapi, haruskah aku jadi bodoh…
Jawaban masih belum kutemukan…
____________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 01 Mei 2006
Dirangkai/ditulis kembali di Tarutung, 06 Mei 2006

Hati Yang Terselubung - bag. 3

(bagian tiga)

Waktu menentukan siang,
Temanku menemuiku di tempatku
dan tak kuduga aku malah berencana menemuimu
bersama dia dan aku, ke tempatmu…
Masihkah berlanjut? Aku tidak tahu…

Sambutanmu begitu manis
Membuat temanku menjadi tersanjung
Aku jadi iri dan cemburu…
Apa kamu tahu itu?

Engkau memang baik hati,
sampai-sampai kamu buat aku…
juga dia, terpesona akan kepribadianmu

Kamu, juga aku dan dia
sama-sama petugas-Nya, sekalipun masih calon
Itulah yang membuatku takut berkata hati,
Tidak hanya itu, kepribadianmu buatku jadi tak berkutik
Menjadikan aku harus menyembunyikannya..

Ketika aku dan dia berencana kembali
Ada sesuatu yang tertukar…
Ya…, alas kaki yang tertukar dengan yang lain.
Ah…! Kenapa jadi begini?
Dengan perasaan kesal, terpaksa aku pakai dan pulang

Aku tidak tahu apa kamu tahu itu,
Aku hanya bisa berkata-kata dengan tulisan yang kucurahkan
Bila kamu tahu, aku bersyukur…
Bila kamu tak tahu, tak apa-apa..

Tapi, haruskah aku jadi pecundang?
Atau haruskah aku jadi pengecut?
Ah… masih belum bisa kujawab…!
______________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 28 April 2006
Dirangkai/ditulis kembali di Tarutung, 01 Mei 2006

Hati Yang Terselubung - bag. 2

(bagian dua)

Aku sudah mulai tahu siapa kamu,
Tapi masih belum semuanya
Setelah kucermati kamu dan sekitarmu
sampai ke lokasimu yang tak begitu jauh

Untuk kedua kalinya kita bersua kembali
aku ingin lebih tahu dengan kamu
Tapi, yang kudapat debat dan jebak
seolah memojokkanku

Tak kuduga, kau berbuat begitu,
Dan jiwaku mengganggu saraf tubuhku…
Aku bersyukur, kau informasikan seperti itu
Dan aku tak tahu apa masih bersambung…

Maaf seribu maaf
Bukan itu yang kuinginkan
Hanya aku Takut Yang Di Atas
Karena engkau penyambung lidah-Nya
Aku jua…

Maaf seribu maaf,
Bukan maksudku mencobai kamu
Hanya aku takut kamu tersentak
Karena aku masih baru,
Kamu jua,

Oh…, inikah yang harus terjadi?
Barangkali itu penjajakan
Oh…, kulapakan sajalah…
Tapi, haruskah kumenipu diri?
Masih tak bisa kujawab…
______________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 20 April 2006
Dirangkai/ditulis ulang di Tarutung, 21 April 2006

Pengunjung

Flag Counter