Showing posts with label Puisi Cerita Hati yang terselubung. Show all posts
Showing posts with label Puisi Cerita Hati yang terselubung. Show all posts

17 September 2009

Hati Yang Terselubung - bag. 5/terakhir

(bagian lima/terakhir)

Sekarang, aku sudah lebih tahu siapa kamu
Meski tak sepenuhnya, tapi itu sudah cukup
Dan tidak hanya dari orang

Aku datang ke-empat kalinya
Saudarku ikut ke-dua kalinya
Aku sudah tahu kamu,
Tapi hati masih terselubung
Pura-pura tidak mau tahu…

Debat di antara kita telah kita lalui
Sayang, kau sempat buat hatiku tercambuk
Terima kasih, informasimu memperbaiki polaku
Dan tak dapat kupastikan apa masih bersambung…

Maaf seribu maaf,
Lupakanlah semua keteledoranku
Agar aku tak menjadi batu sandunganmu

Maaf seribu maaf,
Tak usah perbuat yang aku pinta
Agar tugasmu dari-Nya cepat selesai

Ini sudah terjadi, dan segera berlalu
Selesai sudahlah urusanku denganmu
Akhirnya, aku harus menjauhimu
Aku harus jadi pecundang dan pengecut
Aku membohongi, menipu diri…!
Itulah jawaban yang kutemukan…

~~~ Salam Sejahtera ~~~
_____________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 03 Mei 2006
Dirangkai/ditulis kembali di Tarutung, 06 Mei 2006

Hati Yang Terselubung - bag. 4

(bagian empat)

Aku datang sesuai dengan janjiku padamu
Tapi sayang, aku tepat waktu
Sesuatu yang lebih penting harus diselesaikan
Dan pertemuan berikut masih bersambung…

Terima kasih, engkau tahu aku lelah
Tapi itu bukan permintaanku
Sekalipun aku lelah, kutetap membantu
Memang kusempat bingung membantumu
Karena aku dalam keadaan lunglai

Satu pertanyaan bagiku,
Kenapa kamu buat aku terpikat?
Sulit kujawab…
Atau apa mungkin kepribadiaanmu pengaruhi aku?

Kala pertemuan itu aku b’ri karyaku
Karya curahan alam pikirku,
Karya curahan alam hatiku…
Sayang, kamu protes banyak…

Tidaklah penting bagiku protes
Aku hanya ingin t’rima dengan sukacita
Dan memahaminya…
Sebab hanya itu bisa b’ri tahu tentang hatiku

Aku masih bingung apa kamu mengerti,
Tapi aku rasa kamu mengerti
Andai kau tahu, terima kasih…
Bila kau tak tahu, juga terima kasih
Dan bila tak mau tahu, itu terserah…

Beginilah jadinya, bila takut ke pasukan-Nya
Kurasa ini masih dalam langkah awal…
Ah…, lebih baik aku lupakan saja
Tapi, haruskah aku jadi bodoh…
Jawaban masih belum kutemukan…
____________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 01 Mei 2006
Dirangkai/ditulis kembali di Tarutung, 06 Mei 2006

Hati Yang Terselubung - bag. 3

(bagian tiga)

Waktu menentukan siang,
Temanku menemuiku di tempatku
dan tak kuduga aku malah berencana menemuimu
bersama dia dan aku, ke tempatmu…
Masihkah berlanjut? Aku tidak tahu…

Sambutanmu begitu manis
Membuat temanku menjadi tersanjung
Aku jadi iri dan cemburu…
Apa kamu tahu itu?

Engkau memang baik hati,
sampai-sampai kamu buat aku…
juga dia, terpesona akan kepribadianmu

Kamu, juga aku dan dia
sama-sama petugas-Nya, sekalipun masih calon
Itulah yang membuatku takut berkata hati,
Tidak hanya itu, kepribadianmu buatku jadi tak berkutik
Menjadikan aku harus menyembunyikannya..

Ketika aku dan dia berencana kembali
Ada sesuatu yang tertukar…
Ya…, alas kaki yang tertukar dengan yang lain.
Ah…! Kenapa jadi begini?
Dengan perasaan kesal, terpaksa aku pakai dan pulang

Aku tidak tahu apa kamu tahu itu,
Aku hanya bisa berkata-kata dengan tulisan yang kucurahkan
Bila kamu tahu, aku bersyukur…
Bila kamu tak tahu, tak apa-apa..

Tapi, haruskah aku jadi pecundang?
Atau haruskah aku jadi pengecut?
Ah… masih belum bisa kujawab…!
______________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 28 April 2006
Dirangkai/ditulis kembali di Tarutung, 01 Mei 2006

Hati Yang Terselubung - bag. 2

(bagian dua)

Aku sudah mulai tahu siapa kamu,
Tapi masih belum semuanya
Setelah kucermati kamu dan sekitarmu
sampai ke lokasimu yang tak begitu jauh

Untuk kedua kalinya kita bersua kembali
aku ingin lebih tahu dengan kamu
Tapi, yang kudapat debat dan jebak
seolah memojokkanku

Tak kuduga, kau berbuat begitu,
Dan jiwaku mengganggu saraf tubuhku…
Aku bersyukur, kau informasikan seperti itu
Dan aku tak tahu apa masih bersambung…

Maaf seribu maaf
Bukan itu yang kuinginkan
Hanya aku Takut Yang Di Atas
Karena engkau penyambung lidah-Nya
Aku jua…

Maaf seribu maaf,
Bukan maksudku mencobai kamu
Hanya aku takut kamu tersentak
Karena aku masih baru,
Kamu jua,

Oh…, inikah yang harus terjadi?
Barangkali itu penjajakan
Oh…, kulapakan sajalah…
Tapi, haruskah kumenipu diri?
Masih tak bisa kujawab…
______________________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Kec. Tarutung & Simorangkir (Kec. Siatas Barita), 20 April 2006
Dirangkai/ditulis ulang di Tarutung, 21 April 2006

Hati Yang Terselubung - bag. 1

(bagian satu)

Aku sudah tahu siapa kamu,
Tapi belum dalam,
Itupun dari orang

Ketika bersua pertama kali,
Aku ingin lebih tahu dengan kamu,
Tapi aku bagaikan bulan melirik di siang bolong
Seolah tak perduli

Tak kuduga, kau hampiri aku,
Dan jantungku menggetarkan tubuhku…
Terima kasih, kau informasikan pribadimu
Dan masih bersambung…

Sayang seribu sayang,
Aku takut Yang Di Atas
Sebab, engkau kaki dan tangan-Nya
Aku jua…

Sayang seribu sayang,
Aku takut salah mengerti
Sebab, mungkin hanya ingin sahabat
Bukan sahabat sehidup semati.

Ah…, kenapa jadi begini?
Mungkin itu permulaan…
Ah…, diamkan saja…
Tapi, haruskah kumembohongi diri?
Tak bisa kujawab…
______________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Simasom (Kec. Pahae Julu), 17 April 2006
Dirangkai di Tarutung, 17/18 April 2006
Ditulis ulang di Tarutung, 21 April 2006

Pengunjung

Flag Counter