Showing posts with label Puisi Pengharapan. Show all posts
Showing posts with label Puisi Pengharapan. Show all posts

17 September 2009

Taruna Siaga Bencana

(TAGANA)


Indonesiaku yang tercinta, aku menangis
Indonesiaku yang selalu menderita...
Indonesiaku yang selalu tertimpa...
Oh Indonesiaku....

Kini aku dengan cinta akan memikul penderitaanmu...
Kini aku dengan semangat mencegahmu dari tertimpa...
Kini aku dengan segenap jiwa dan raga akan membahagiakanmu

Wahai negeriku....
Bersama Tagana, aku akan selalu mencurahkan cinta untukmu
Bersama Tagana, aku akan selalu memelukmu dari penderitaan
Apapun yang terjadi, aku adalah untukmu selamanya...

Aku....
Adalah insan Tagana yang akan selalu bertaqwa pada Tuhan
Adalah insan Tagana yang akan selalu menjalankan amanah
Adalah insan Tagana yang akan melawan berbagai badai....

Dengan sukacita,
aku rela menderita untukmu
Dengan doa dan tindakan,
‘kan ‘kulakukan yang terbaik untukmu

Oh Indonesiaku, negeriku
Aku adalah untukmu...
Aku adalah hidupmu...
Tak akan kubiarkan engkau menangis...

Aku, dengan jiwa Tagana....
Siaga selalu untuk mencabut penderitaanmu
Siaga selalu memberikan yang terbaik untukmu....

Wahai jiwaku, insan Tagana...
Majulah.....!!!
_______________________________
Tarutung, 03 September 2008
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th


http://maradagv.multiply.com/journal/item/47

Menanti Jalur Terbuka

Di kala aku berpetualang ke samudera
tatkala kumelihat sebuah pulau nan indah dan anggun
hingga aku mencoba untuk berlabuh ke dermaga
dan sebelumnya kubertanya pada orang lain :
“Apakah nama pulau itu?”

Sayang sekali, jalur berlabuh untuku masih tertutup
karena kartu tanda pengenalku masih diragukan
dikhawatirkan aku bisa membawa masalah...

Namun, tak kusangka dia bisa merubah hidupku,
dia bisa meleburkan jiwaku yang sudah lama membeku
dengan kehangatan suasana pulaunya

Meskiku masih di laut lepas
namun hari-hariku dipenuhi sukacita
seraya berkata dalam hati :
“Kemegahanmu menembus benteng jiwaku...”
“kehangatanmu menghidupkan api dalam dadaku...”
“Tanahmu memberiku kedamaian abadi...”

Memang pernah kucoba untuk melupakanmu
Tapi, harum semerbakmu masih terasa di hidungku,
Wajahmu masih selalu membayangi hari-hariku,
Namamu masih terukir dalam kepalaku...,
Akhirnya kukembali berpetualang

Waktu terus berganti dan petualanganku nyaris berhenti
Ternyata kamu masih memilih waktu untuk masa depanmu
membiarkan para saudagar untuk berbisnis demi kemegahanmu
membiarkan pulaumu dibangun dengan keindahan
membiarkan masyarakatmu bekerja setiap hari
membiarkan pantaimu diawasi dari serangan tak terduga

Memang pulaumu pernah didatangi seorang petualang
namun tak bisa bertahan lama karena pulau lain menantinya
sehingga para pemimpinmu membuat sebuah keputusan.
Keputusan yang pasti dan membuahkan hasil yang indah
agar para petualang tidak sembarang datang dan pergi
Karena petualang yang diinginkan hanya satu...!

Bukan hanya aku saja yang berpetualang ke pulaumu,
banyak petualang lain ingin berlabuh ke dermagamu
hingga para pemimpinmu sulit membuka jalur pelabuhan
Akhirnya aku hanya mengitari pulaumu.
Menunggu dan menunggu sampai jalur pelabuhan terbuka
Ah..., sampai kapan aku sanggup mengitari pulaumu?
Perbekalanku hampir habis....!!!
_____________________________________________
Tarutung, 16 Juli 2008
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th

Puisi ini Kupersembahkan untukmu seorang...!

Cinta Sejatiku

O Tuhan, Kau ciptakan aku...
dan Kau b’ri cinta kepadaku
Tapi ku tak tahu cintaku
Cinta yang t’lah kudamba

O Tuhan, mengapa Kau buat...
Diriku memiliki cinta
Tapi ku malah tersiksa
Oleh karena tak tahu cintaku

Akankan cinta sejatiku...
’kutemui setiba ajalku?
Mungkinkah ini terjadi...?
Atau sudah menjadi takdirku..?

O Tuhan jangan biarkanku...
tersiksa oleh karena cinta.
Tolonglah hamba-Mu ini
’tuk temui cinta sejatiku...!

Betapa indah oh Tuhan, Kau ciptakan aku...
dengan memiliki cinta yang indah Kau beri.
Tapi kumalah tersiksa..., oleh karena cinta....!
Siapa dan di manakah ’kan kutemui cinta sejatiku...?
______________________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Tarutung, 16 Desember 2007
Ditulis ulang di Tarutung, 24 Juli 2008
NB. : Ini adalah sebuah syair lagu yang diciptakan penulis sendiri

Pribadi Yang Terpenjara

Gelap, gelap…!
Mengapa aku harus di sini?
Aduh! Tangan dan kakiku dirantai?
Apa salahku? Aku bukan penjahat!
Tolong lepaskan aku dari sini!
Tolonglah, aku tidak tahan!

Ah…kamu rupanya memenjarakanku.
Sedemikian besarkah salahku?
Sehingga engkau masukkan aku ke penjara!
Katakanlah agar aku tahu salahku.

Bila memang aku salah, aku mohon ampun.
Bila memang engkau tak memaafkanku,
Salahkanlah, tapi jangan buat aku terpenjara…
Aku mohon, tolonglah aku…
Aku tidak tahan…! Oh…, tolonglah aku…!
______________________________
Tarutung, April 25th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, Mei 17th 2007

Jiwa Yang Menerawang

Terbang dan terbang
Pikiranku menerawang angkasa bayang
Namun belum menemukan pendaratan yang dituju
Itu karena masalah hati

Melayang dan melayang
Hati mencoba menerawang langit-langit khayalan
Tapi masih belum mendapatn pendaratan yang pasti
Itu karena masalah perasaan

Ah…! Ada apa ini?
Mengapa aku belum menemukan pendaratan itu
Sudah kuulang, kucoba, dengan berbagai cara
Tapi, masih tetap gagal…
Ah…! Masih menerawang…!
_______________________________
Tarutung, April 24/25th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, April 25th 2006

Aku Dan Dunia

Dunia adalah dunia
Di situ banyak kehidupan yang fana
Ya, aku tahu itu
Tapi, kenapa aku iku dunia?
Apa karena aku di dunia?
Mungkin juga,
Tapi kenapa aku yang dikuasai dunia?

Aku adalah aku
Tapi, aku jadi dunia
Bukan dunia jadi aku

Tidak…!
Aku tidak mau jadi dunia
Biarlah dunia jadi aku
Harus itu…!!!
_______________________________
Tarutung, April 17th 2006
By : B. Marada Hutagalung, S.Th
Rewritten: Tarutung, April 21st 2006

Pengunjung

Flag Counter