Showing posts with label Puisi Bercerita. Show all posts
Showing posts with label Puisi Bercerita. Show all posts

17 September 2009

Hati Yang Terselubung - bag. 1

(bagian satu)

Aku sudah tahu siapa kamu,
Tapi belum dalam,
Itupun dari orang

Ketika bersua pertama kali,
Aku ingin lebih tahu dengan kamu,
Tapi aku bagaikan bulan melirik di siang bolong
Seolah tak perduli

Tak kuduga, kau hampiri aku,
Dan jantungku menggetarkan tubuhku…
Terima kasih, kau informasikan pribadimu
Dan masih bersambung…

Sayang seribu sayang,
Aku takut Yang Di Atas
Sebab, engkau kaki dan tangan-Nya
Aku jua…

Sayang seribu sayang,
Aku takut salah mengerti
Sebab, mungkin hanya ingin sahabat
Bukan sahabat sehidup semati.

Ah…, kenapa jadi begini?
Mungkin itu permulaan…
Ah…, diamkan saja…
Tapi, haruskah kumembohongi diri?
Tak bisa kujawab…
______________________________________________
Oleh : B. Marada Hutagalung, S.Th
Terinspirasi di Simasom (Kec. Pahae Julu), 17 April 2006
Dirangkai di Tarutung, 17/18 April 2006
Ditulis ulang di Tarutung, 21 April 2006

Balada Pengharapan Si Kumbang (itulah aku…)

Dari arah selatan
Kumbang terbang ke utara
Melawan arah angin yang menjadi tantangan
Demi bunga mawar, itulah aku…

Segala daya yang ada
Si kumbang mencoba medekati sang mawar
Tapi gagal, ada apa?
Ada kupu-kupu dan lebah yang menjadi saingannya

Waktu terus berputar
Si kumbang beraksi kembali
Alhasil, sang mawar telah dicapainya
Sayang, pertemuan itu hanya sekali
Sebab jarak yang jauh justru menjadi halangannya
Tak mungkin ia di situ terus, karena harus kembali
Kumbang hanya berpengharapan saja,
Itulah aku…
_________________________
Tarutung, 17 Januari 2005
By : B. Marada Hutagalung, S.Th

Balada Perjuangan Hidupku

Dari awal…kaki telah kuringankan
Dari awal…dada telah berkobar
Dari awal…mata telah bersinar
Ya, dari awal…segalanya telah kusiapkan.

Ternyata, apa yang kutempuh
berbeda dengan rencana yang telah kurumuskan
Ya, semuanya berubah arah dan arus denganku.
Akhirnya kucoba untuk mengikutinya…
mengikuti arah hembusan angin sepoi-sepoi,
mengikuti arus aliran sungai yang perlahan-lahan.

Indah, enak, dan elok…
Kusimpulkan, kuhampir berhasil,
berkat arus aliran sungai, dan
berkat arah hembusan angin.

Oh…! Aku tahu kini ke mana angin dan sungai akan membawaku.
Kini aku sadar, ku akan dibawa ke laut.
Aduh…! Kutak mau ke laut!
Tak ada yang dapat kuperbuat di sana!

Cara lain! Ya, ada cara lain…
Kucoba melawan arah angin dan arus sungai!
Perasaanku berhasil…tapi, tidak!!!
Ternyata, angin dan sungai bersama cuaca menghalangiku…
Kelihatannya, mereka kerjasama…! Ya, kerjasama yang baik.
Mereka bersatu menjadi badai petaka…akibat melawan
Aku terlanjur mengikuti mereka.

Aku tak mau ke sana! Aku tak mau ke lut!
Kulawaan mereka dengan daya, tenaga yang ada!
Tapi…, ku dijatuhkan sampai terperosok…
Keringat darah dari tubuhku tiada guna,
Aku kalah…aku terlempar ke tanah basah.
Tapi, ada apa? Kenapa aku tak jadi dibawa ke laut?
Ya, kerjasama mereka tak sepadan.

Akhirnya…dengan tubuh lemah kucoba untuk berdiri…
Akhirnya…dengan tubuh kurus tak terurus kucoba untuk bertahan…
Akhirnya…dengan tubuh kacau kucoba melihat ke belakang…
Ya, akhirnya…kucoba untuk berjuang kembali dan bergerak ke depan…
____________________________________
Tarutung, August 25th 2003
By: B. Marada Hutagalung
Rwritten/revised: Tarutung, November 11th 2003

Balada Kisah Kasih Kumbang Dengan Bunga Mawar

Mentari mulai tampak nun jauh di balik gunung
Seekor kupu-kupu nan indah...
Ia hinggap di salah satu daun bunga mawar
Bunga mawar nan indah...masih muda
...belum mekar
segera kupu-kupu hingap di bunganya
Namun, ingin rasanya bunga menolak
Apa hendak dikata...bunga terpaksa memberikan sarinya...
Ya...karena kupu-kupu sudah lama menunggunya
Dan bersumpah ‘tuk tak’kan meninggalkannya
Tapi kupu-kupu tak tega mengambil sarinya...
Ya, masih muda belia
Waktu begitu cepat berjalan...
Kupu-kupu hampir putus asa...sang bunga tak segera mekar
Namun alam memaksa dia, yah...’tuk mencari bunga yang lebih mekar
Yang dapat membuat raganya “kuat”, sebab kupu-kupu sudah tua...
Akhirnya kupu-kupu meninggalkannya...dan tak kembali...!
Dan sang bunga ingin melayani “alam dunia”
Yah...dengan keindahan bunga mawarnya...
Itulah cita-citanya.
Di waktu depan...
Seekor kumbang tidak indah, tapi ‘idiih jelek banget deh...’
Terbang agak kesewotan...
Ia hinggap di salah satu daunnya (bunga mawar)...tidak kesepian lagi...
Kumbang tahu...bahwa sang mawar ingin “memperindah alam”
Tetapi “sepakat” untuk tidak meninggalkannya...
Ingin sekali merasakan sarinya, tapi!!!
Tiap waktu yang ditentukan kumbang selalu datang
Namun pada waktu berikut...kumbang tidak tepat waktu
Hingga bunga mawar merasa kesepian dan agak layu
Kumbang menyesal...ia menyampaikan pesannya
Melalui angin sahabat terbangnya...
Kasihan si kumbang,
Baru kira-kira beberapa minggu telah berpisah
Kumbang gagal mendapat kepastian
_____________________________________
Tarutung 2001/2002
By: B. Marada Hutagalung.
Rewritten/Revised: Tarutung July 16th 2007

Pengunjung

Flag Counter